abdus samad bin Abdullah al-jawi al -palimbani

abdus samad bin Abdullah al-jawi al -palimbani

1. Asal-Usul dan Latar Belakang

Kelahiran dan Wafat

• Lahir: Palembang, sekitar 1704–1705 M.

• Wafat: Diperkirakan sekitar 1789 M, di Thaif (Arab Saudi).

Lingkungan Keluarga

• Ayahnya ulama keturunan Arab, bernama Syekh Abdullah, ibunya orang Palembang.

• Dari keluarga religius dan ilmiah → sejak kecil dekat dengan ilmu agama.

• Lingkungan ini membuatnya:

• terbiasa dengan tradisi intelektual Islam,

• mudah belajar bahasa Arab,

• memiliki motivasi kuat untuk belajar sampai ke Timur Tengah.

2. Perjalanan Menuntut Ilmu

Tempat Belajar

1. Palembang → dasar-dasar agama.

2. Aceh → pusat ilmu tasawuf dan fikih Nusantara.

3. Mekah & Madinah → tinggal puluhan tahun, belajar pada ulama besar dunia Islam.

Guru-Guru Terkenal

• Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman (pendiri Tarekat Sammaniyah — sangat berpengaruh baginya).

• Syekh Ibrahim al-Kurani (ulama besar Madinah).

• Syekh Abdul Wahhab al-Tantawi (fikih Syafi’i).

• Juga berinteraksi dengan ulama Jawi lain: Syekh Daud al-Fathani, Arsyad al-Banjari, dll.

Tantangan Menuntut Ilmu

• Perjalanan laut berbulan-bulan, penuh bahaya.

• Biaya hidup di Timur Tengah.

• Perbedaan bahasa dan budaya.

• Kondisi politik Nusantara yang tidak stabil.

• Standar ilmu di Mekah sangat tinggi → butuh kesungguhan luar biasa.

3. Karya Intelektual

1. Hidayatus Salikin

• Ringkasan dari Ihya Ulumuddin al-Ghazali.

• Berisi tuntunan tasawuf praktis, akhlak, dan penyucian hati.

• Menjadi salah satu kitab tasawuf paling berpengaruh di Nusantara (dipakai di pesantren).

2. Siyarus Salikin

• Karya besar (4 jilid).

• Lebih lengkap dari Hidayatus Salikin dan membahas perjalanan spiritual seorang hamba menuju Allah.

• Meneguhkan tradisi tasawuf Sunni di Indonesia, Malaysia, dan Pattani.

3. Risalah Jihad

• Mengajak umat Islam Nusantara melawan penjajahan Barat (terutama Belanda).

• Disebut sebagai “seruan jihad” kepada raja-raja Melayu.

4. Karya-karya kecil lain

• Risalah zikir, tawhid, dan adab tasawuf.

4. Peran dan Kontribusi Global

Beliau dikenal di dunia internasional sebagai:

• Ulama tasawuf,

• Penghafal dan penulis syarah kitab tasawuf,

• Pendakwah,

• Penghubung intelektual Nusantara–Timur Tengah,

• Tokoh perlawanan terhadap kolonialisme dari sisi pemikiran.

Negara yang menjadi tempat perjuangannya:

• Indonesia (Palembang, Aceh)

• Mekah & Madinah (Arab Saudi)

• Thaif

• Pengaruh karyanya meluas ke Malaysia, Thailand Selatan (Pattani), Brunei, hingga komunitas Muslim di India dan Yaman.

5. Murid dan Jaringan Keilmuan

Ia merupakan bagian dari “jaringan ulama Jawi di Haramain”.

Murinya langsung tidak tercatat banyak, tetapi ulama yang terhubung dengannya dan mendapat pengaruh besar antara lain:

• Syekh Dawud al-Fathani (ulama besar Patani).

• Syekh Arsyad al-Banjari (penulis Sabilal Muhtadin).

• Syekh Muhammad Nafis al-Banjari (tasawuf — Ad-Durrun Nafis).

Mereka saling belajar, berdiskusi, dan menyebarkan ilmu satu sama lain.

6. Perjuangan dan Keteguhan Iman

• Menulis seruan jihad melawan kolonial Belanda.

• Mendorong raja-raja Nusantara untuk bersatu menghadapi penjajahan.

• Menjadi simbol perlawanan intelektual: menguatkan umat lewat ilmu, bukan hanya senjata.

• Tetap berdakwah meski hidup pada masa kolonial dan banyak tekanan.

Keberaniannya:

Ia tidak takut menyampaikan kebenaran meski kolonial Belanda menganggapnya ancaman.

7. Nilai-Nilai Keteladanan

Nilai moral yang menonjol:

• Semangat menuntut ilmu (belajar hingga ke Mekah dan Madinah).

• Kerendahan hati (mengajarkan ilmu dengan lembut).

• Cinta tanah air (menyeru umat mempertahankan kehormatan bangsa).

• Keteguhan iman dalam tasawuf dan ibadah.

• Kerja keras serta disiplin menulis kitab-kitab besar.

8. Relevansi untuk Generasi Sekarang

Nilai-nilai beliau bisa diterapkan oleh remaja masa kini:

• Semangat belajar di tengah tantangan → tidak mudah menyerah.

• Menjaga akhlak dan karakter di era digital.

• Mencintai bangsa dan agama secara seimbang.

• Memperjuangkan kebaikan melalui ilmu, bukan hanya kata-kata.

• Berpikir kritis tapi tetap berpegang pada nilai moral.

9. Inspirasi Pribadi (Contoh Jawaban)

Pertanyaan yang ingin aku tanyakan:

“Bagaimana cara menjaga keikhlasan dalam belajar dan berjuang di tengah banyaknya godaan dunia?”

Alasan:

Karena zaman sekarang banyak godaan (media sosial, populeritas, tekanan teman), sehingga aku ingin tahu bagaimana menjaga hati agar tetap ikhlas seperti beliau.

10. Karya Kreatif Kelompok (Contoh Puisi Pendek)

“Jejak Sang Penuntun”

Dalam langkahmu kutemukan cahaya,

Ilmu kau bawa hingga tanah Haramain sana.

Dari Palembang kau hijrah mencari kebenaran,

Mengukir hikmah untuk seluruh Nusantara.

Wahai Syekh Palimbani, guru jiwa dan hati,

Semangatmu menembus zaman tak pernah mati.

Pada ilmu kau setia, pada iman kau teguh berdiri—

Menjadi pelita bagi generasi negeri

Berita Popular

Advertisement