ULAMA INDONESIA YANG MENDUNIA.

ULAMA INDONESIA YANG MENDUNIA.

1).*Asal usul dan latar belakang*.

Syaikh Abdussamad Al-Falimbani adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal dari Palembang.[1] Abdus Samad lahir pada tahun 1116 H (1704 M) di Kesultanan Palembang dan wafat pada 1203 H (1789 M) di usia 85 tahun,[1] mengenai lokasi dikebumikan jenazahnya masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ulama.[2]

Apabila dilihat latar belakangnya, ketokohan Al-Palimbani sebenarnya tidak jauh berbeda dari ulama-ulama Nusantara lainnya, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurra'uf As-Singkili, Yusuf Al-Makasari.

Dari Susunan Silsilah Syaikh Abdussamad Al-Falimbani Keturunan Arab, dari sebelah ayahnya. Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab bin Syaikh Ahmad Al-Mahdani bin Sayyid Abdurrahman Al-Jawi bin Sayyid Abdullah Al-Ahdal, ayah Syaikh Abdussamad Al-Falimbani, adalah ulama yang berasal dari Madinah yang dilantik menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Raden Ranti, adalah wanita Palembang yang diperisterikan oleh Sayyid Abdul Jalil, setelah sebelumnya menikahi Wan Zainab, puteri Dato´Sri Maharaja Dewa di Kedah.

Lingkungan keluarganya sangat berpengaruh, karena ayahnya Syekh Abdullāh al-Misrī, seorang ulama besar keturunan Mesir, dan ibunya adalah orang Palembang. Dari keluarga ilmuwan inilah semangat keilmuan dan spiritualitasnya tumbuh kuat.

2).*perjalan menuntut ilmu*.

Beliau memulai pendidikan dasarnya di Palembang, di lingkungan keluarga ulama. Kemudian, beliau melanjutkan perjalanannya ke Haramain (Mekah dan Madinah), yang pada saat itu merupakan pusat studi Islam global. Di sana, beliau aktif dalam "Komunitas Jawi" (komunitas pelajar Nusantara berbahasa Melayu) dan mendalami berbagai disiplin ilmu. Beliau sempat belajar di Mesir dan Yaman.

*Guru-guru Terkenal*

Di antara guru-guru beliau yang terkenal di Haramain dan tempat lainnya adalah:

-Syekh Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-Hasani al-Madani: Guru utama beliau dalam bidang tasawuf dan tarekat Sammaniyah.

- Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi: Seorang faqih (ahli fikih) terkemuka pada zamannya.

- Syekh Atha'illah bin Ahmad al-Mishri: Salah satu guru beliau di Mesir.

- Syekh Abdur Rahman bin Abdul Aziz al-Maghribi: Guru tempat beliau mempelajari kitab Al-Tuhfatul Mursalah.

*Tantangan Terbesar dalam Menuntut Ilmu*

Pada zaman Syekh Abdul Samad al-Palimbani (sekitar abad ke-18 M), tantangan terbesar dalam menuntut ilmu meliputi beberapa aspek :

1. Akses dan Jarak Geografis: Perjalanan dari Nusantara ke Haramain memakan waktu berbulan-bulan dan penuh risiko. Tidak ada transportasi modern, sehingga mobilitas sangat bergantung pada kapal layar dan kondisi alam.

2. Kondisi Politik dan Penjajahan: Masa itu adalah era kolonialisme, di mana penjajah (khususnya Belanda) berusaha mengontrol wilayah dan membatasi pergerakan ulama serta penyebaran ilmu agama yang dianggap mengancam kekuasaan mereka. Semangat jihad yang dikobarkan oleh Syekh Abdul Samad sendiri merupakan respons terhadap tantangan penjajahan ini.

3. Keterbatasan Dokumentasi dan Komunikasi: Penyebaran ilmu pengetahuan dan komunikasi tidak semudah sekarang. Keterbatasan media cetak membuat transmisi keilmuan lebih banyak melalui lisan atau salinan manuskrip yang ditulis tangan.

4. Perbedaan Pemahaman Keagamaan: Beliau juga menghadapi tantangan internal umat, termasuk kritik terhadap praktik tarekat tertentu, yang mendorongnya untuk menyebarkan ajaran neo-sufisme yang seimbang antara dunia dan akhirat.

3).*Karya Intelektual*

Karya-karya Utama:

1. Hidāyat as-Sālikīn fī Sulūk Maslak al-Muttaqīn: Kitab ini merupakan karya terjemahan dan adaptasi dari kitab Bidāyat al-Hidāyah karya Imam Al-Ghazali, yang membahas persoalan akidah, ibadah, dan tasawuf. Kitab ini masih banyak digunakan hingga sekarang.

2. Siyar as-Sālikīn ilā ‘Ibādat Rabb al-‘Ālamīn: Karya monumental lainnya, juga merupakan terjemahan dan syarah (penjelasan) dari bagian Ihyā’ ‘Ulūm ad-Dīn karya Imam Al-Ghazali, yang fokus pada perjalanan spiritual (suluk) dan ibadah.

Karya-karya Lainnya:

• Zahrat al-Murīd fī Bayān Kalimat at-Tauhīd (ditulis pada 1178 H./1764 M.): Sebuah risalah yang membahas mengenai ilmu tauhid.

• 'al-Wasiyat al-Jaliyyah

• Hidāyat al-'Abbāb

• Risālat al-Subbāb

• Bulūgh al-Marām fī Khalwati

- Abhis-Syam

•Nazm al-Qilādah

•al-Manhal al-'Azb

•Nashīhat al-Muslimīn: Sebuah kitab yang berisi nasihat-nasihat untuk kaum Muslimin.

•Kitab Mukhtaṣar: Risalah singkat tentang ilmu tauhid.

Karya-karya beliau memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual Islam di Nusantara, terutama dalam menyebarkan ajaran tasawuf Sunni dalam bahasa Melayu yang mudah diakses oleh masyarakat lokal.

4).*Peran dan Konstibusi Global*

Syekh Abdul Somad bin Abdullah Al Jawi Al Palimbani dikenal di dunia internasional, khususnya di dunia Islam, dalam bidang-bidang tasawuf (sufisme), filsafat Islam, dan sebagai ulama pelopor perjuangan anti-penjajahan melalui karya-karya tulisnya. Reputasi keilmuannya yang tinggi diakui bahkan di Tanah Suci (Haramain), tempat beliau mengajar.

Negara yang pernah menjadi tempat perjuangannya

Indonesia (khususnya Palembang, Sumatera): Ia lahir di Palembang dan berperan penting dalam penyebaran Islam serta memberikan semangat jihad anti-penjajahan kepada umat Islam di Nusantara, khususnya dalam melawan Belanda di Kesultanan Palembang Darussalam.

Thailand (Pattani): Beliau dilaporkan syahid (meninggal) di medan jihad saat memimpin perlawanan melawan penjajah Siam (Thailand) di wilayah Pattani.

Arab Saudi (Makkah dan Madinah): Meskipun perjuangan utamanya di Asia Tenggara, ia menghabiskan banyak waktu di Tanah Suci untuk menuntut ilmu, mengajar, dan menulis kitab. Dari sana, ia tetap memantau dan memberikan pengaruh besar terhadap perjuangan di Nusantara melalui karya-karyanya dan para jemaah haji. Beliau juga berguru dan mengajar di sana, serta di Mesir dan Yaman.

5). *Murid dan Jaringan Keilmuan*

Abdus Samad al-Palimbani merupakan *ulama besar dari Palembang* yang belajar di Mekkah dan menjadi bagian dari *jaringan ulama Nusantara di Haramain* (Mekkah-Madinah). Ia belajar dengan banyak ulama besar, salah satunya *Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi*, dan ia juga satu jaringan dengan *Syekh Nawawi al-Bantani* dan *Syekh Arsyad al-Banjari*.

Beberapa murid atau tokoh yang satu jaringan keilmuan dengannya dan berpengaruh di Indonesia:

- *Syekh Arsyad al-Banjari* (Kalimantan)

- *Syekh Nawawi al-Bantani* (Banten)

- *Syekh Daud al-Fatani* (Patani, Thailand)

- *Syekh Yusuf al-Makassari* (Makassar)

Mereka membentuk jaringan dakwah dan keilmuan Islam di seluruh Nusantara.

---------

6). *Perjuangan dan Keteguhan Iman*

Syekh Abdus Samad tidak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga *pejuang melawan penjajahan*, terutama *penjajahan Belanda* dan pengaruh Barat.

#Bentuk perjuangannya:

- *Menulis karya monumental “Nashihat al-Muslimin” dan “Hidayatus Salikin”* yang membangkitkan semangat umat dan memperkuat akidah.

- *Mendukung perjuangan fisik* melawan penjajah, seperti *perang di Palembang dan Aceh*, melalui semangat jihad fi sabilillah.

# *Bentuk keberanian beliau dalam berdakwah:*

1. *Berani menyampaikan kebenaran di tengah tekanan*

Meskipun penjajah berusaha melemahkan Islam, beliau *tidak takut menyuarakan ajaran Islam dan menyerukan perlawanan*, baik dalam tulisan maupun dakwah lisan.

2. *Menggunakan karya tulis sebagai alat perlawanan*

Ia menulis kitab-kitab yang isinya *mendorong umat Islam agar tidak tunduk kepada penjajah*, dan agar tetap berpegang teguh pada syariat Islam.

3. *Aktif dalam jaringan ulama pejuang*

Abdus Samad terhubung dengan ulama-ulama pejuang lainnya di Nusantara dan Timur Tengah, yang menjadikan dakwah dan ilmunya *berpengaruh luas dan menjadi pendorong perjuangan umat*.

Singkatnya, perjuangan beliau adalah perpaduan antara *dakwah keilmuan dan semangat perjuangan melawan penjajahan*, yang dilakukan dengan penuh keberanian dan komitmen terhadap Islam.

7). *Nilai-Nilai Keteladanan*

Sosok ulama yang paling menonjol adalah Tuanku Imam Bonjol, yang memiliki nilai-nilai keteladanan seperti:

- *Semangat perjuangan*: Tuanku Imam Bonjol memiliki semangat perjuangan yang tinggi dalam melawan penjajahan Belanda.

- *Ketaatan beragama*: Tuanku Imam Bonjol adalah seorang ulama yang taat beragama dan menggunakan ilmunya untuk memperjuangkan agama dan bangsa.

- *Kepemimpinan*: Tuanku Imam Bonjol memiliki kepemimpinan yang kuat dan mampu memimpin rakyat dalam perjuangan melawan penjajahan.

- *Kecintaan tanah air*: Tuanku Imam Bonjol memiliki kecintaan yang besar terhadap tanah air dan rakyatnya, sehingga ia berjuang untuk membebaskan tanah air dari penjajahan.

8). *Relevansi untuk Generasi Sekarang*

Nilai-nilai perjuangan dan keilmuan Tuanku Imam Bonjol dapat diterapkan di kehidupan remaja masa kini, seperti:

- *Semangat belajar*: Remaja dapat meniru semangat belajar Tuanku Imam Bonjol untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan mereka.

- *Kepemimpinan*: Remaja dapat mengembangkan kepemimpinan mereka dengan meniru gaya kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol yang kuat dan adil.

- *Kecintaan tanah air*: Remaja dapat menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air dan rakyatnya, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

- *Semangat perjuangan*: Remaja dapat meniru semangat perjuangan Tuanku Imam Bonjol untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup, serta berjuang untuk mencapai cita-cita mereka.

Dengan menerapkan nilai-nilai perjuangan dan keilmuan Tuanku Imam Bonjol, remaja dapat menjadi generasi yang kuat, cerdas, dan berakhlak mulia.

9). Inspirasi pribadi

"Di tengah gempuran pemikiran modern dan tantangan zaman yang semakin kompleks, bagaimana kami sebagai generasi penerus dapat meneladani konsistensi dan keikhlasan Anda dalam menyebarkan ilmu yang murni, tanpa terombang-ambing oleh kepentingan duniawi?"

Alasan pertanyaan itu penting bagi saya:

Pertanyaan ini penting karena di era digital saat ini, di mana informasi sangat melimpah namun validitasnya sering dipertanyakan, sangat sulit untuk menjaga kemurnian niat dalam menuntut dan menyebarkan ilmu. Kehidupan Syekh Abdus Samad yang penuh dedikasi, kerendahan hati, dan fokus pada substansi keilmuan serta spiritualitas, adalah teladan yang langka. Saya ingin memahami resep spiritual beliau untuk tetap istiqamah (konsisten) dan ikhlas di jalur dakwah dan keilmuan, agar semangat tersebut dapat saya terapkan dalam kehidupan saya dan generasi kini.

10). Karya Kreatif Kelompok

Sang pelati Palembang

Ilmu bagai samudra, kau arungi dengan sabar,

Bukan untuk puji dunia, tapi karena cinta hakiki.

Dalam sunyi tulisanmu, hikmah abadi bersemi,

Mengajak hati kembali, pada makna hidup sejati.

Semangatmu adalah suluh, di kegelapan zaman,

Ikhlasmu jadi cermin, bagi pencari kebenaran.

Walau jasad telah tiada, karyamu tetap bersuara,

Mengingatkan kami: hidup adalah perjuangan, menuju-Nya semata.

Berita Popular

Advertisement